Makna Pendidikan Nasional: ‘Berfikir untuk Berguna’ Bukan Sekadar ‘Belajar untuk Bekerja’

oleh -603 Dilihat
banner 468x60

Penulis: Moh. Reza Saad S.Pi (Kabid Kebijakan Publik PD KAMMI Kota Gorontalo)

Pendidikan Nasional pada hakekatnya harus membuat orang selalu berpikir untuk berguna, bukan sekadar belajar untuk menjadi pekerja. Bangsa ini telah sekian lama menjadi objek dari penerapan model dan konsep pendidikan ala kolonial.

Dari tiga level dalam piramida pendidikan dengan masing-masing kepentingannya, bangsa ini telah dijebak pada lower class level dalam sistem pendidikan, untuk menciptakan sebanyak-banyaknya kaum pekerja atau proletar.

Sedangkan model dan konsep pendidikan untuk mencetak para borjuis dan kapitalis lebih menjadi kepentingan barat sebagai negara imperealis dan kapitalis. Jangan heran bila produk pendidikan barat banyak mencetak kelompok yang berada pada level top dan middle class.

Gegara orientasi yang menyimpang dari cara berperilaku bangsa ini dalam berilmu pengetahuan, akibatnya; pendidikan menjadi unsur tersier atau barang mewah yang begitu sulit untuk dapat dinikmati. Apabila pendidikan bisa dikuasai, terkadang justru menjadi bibit-bibit kesombongan.

Tak hanya itu, kini tingkat pendidikan dikalangan masyarakat menjadi simbol strata sosial. Gelar akademik menjadi semacam benda sakral yang menciptakan sihir kewibawaan. Padahal belum tentu keduanya menjamin penyandangnya lebih memiliki Multiple Intelligence atau paling tidak memiliki kearifan, ma’rifat atau cara pandang yang berkualitas terhadap hakekat alam semesta dan penciptanya.

Salah satu dampak negatif kelainan mental dari praktek pendidikan proletarian ini adalah menciptakan kegelisahan individualistik seperti; “saya akan kerja apa?” atau paling tidak gelisah dengan “berapa nanti gaji saya?”.

Sebaliknya, tradisi pendidikan yang sehat dan berkualitas sangat wajar melahirkan individu yang gelisah dengan keadaan disekitarnya. Maka dengan segala potensi yang dapat diberdayakan, orang-orang terpelajar menjadi jawaban segala problem umat manusia. Mereka itulah yang dalam Al-Qur’an digelari oleh Allah dengan Ulul Albab.

Selain itu, bila kita refleksi kembali makna Pendidikan Nasional menurut Ki Hadjar Dewantara. Bahwa, menurut beliau, pendidikan nasional memiliki tujuan yang komprehensif dalam membentuk individu. Tidak hanya berfokus pada persiapan pekerjaan, melainkan lebih besar dari itu; memiliki kesadaran sosial dan berguna bagi banyak orang.

Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad; “Khoirunnas Anfauhum Linnas” yang artinya; “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”. Dalam Hadis ini diisyaratkan, bahwa kita didorong bukan sekadar menjadi manusia yang baik, tapi menjadi sebaik-baik manusia.

Bedanya adalah, manusia baik mereka yang umumnya berperilaku baik, sopan, dan tidak merugikan orang lain. Sementara Sebaik-baik manusia adalah mereka yang memiliki nilai tambahan dalam dirinya. Seperti, memberikan manfaat besar bagi orang lain.

Orang-orang seperti ini, tidak hanya berbuat baik untuk diri sendiri dan orang-orang terdekat, tetapi juga berusaha memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas. Bukan saja dalam lingkup lokal tapi kontribusinya bisa secara global.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.